Potensi Akademik Santri-Mahasiswa STIKes KHAS Kempek

Oleh : Fawwaz Muhammad Fauzi, M.Si

 

Beberapa dekade lalu, santri diidentikkan sebagai komunitas masyarakat tradisional yang kaku dan terbelakang. Masyarakat perkotaan notabene seringkali memandang sebelah kaum santri karena dianggap kolot dan anti kemajuan karena dianggap mendahulukan kepercayaan mistis dibanding tradisi pengetahuan modern. Padahal dalam kesehariannya, santri sangat erat kaitannya dengan tradisi akademik yang progresif.

Jika dibandingkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, santri juga melakukan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Hanya saja Tri Dharma santri tak dilaporkan dalam sister BKD seperti dosen, dan/atau dihitung sebagai SKS yang formal seperti mahasiswa. Pengajaran dilakukan santri dengan berbagai metode. Kyai atau ustadz bisa melakukannya dengan Bandongan, atau dalam bahasa akademik disebut metode ceramah satu arah. Bisa juga dilakukan dengan sorogan, disimak oleh kyai satu per satu terkait satu pelajaran, bahkan bisa jadi seperti halnya Sidang Komprehensif Skripsi. Teknis sidang kompre santri kira-kira mirip seperti Musabaqoh Qiroatul Kutub.

Penelitian dilakukan santri melalui studi literatur dan dipublikasi melalui “prosiding” forum bahtsul masail di berbagai tingkatan. Bahtsul masail adalah kegiatan berkumpulnya para santri dengan bekal buku-buku akademik keislaman (misal:fiqih) dari generasi ke generasi, dari metode satu ke metode lainnya, dari madzhab satu ke madzhab lainnya untuk membahas persoalan-persoalan keislaman kontemporer, kemudian dicari solusi dari persoalan tersebut dan diambil kesepakatan bersama. Kira-kira jika BM level nasional setara dengan jurnal Sinta 1, BM level internal pondok setara dengan Sinta 3-5. Maka, Bahtsul masail dapat dikatakan sebagai salah satu contoh dari rutinitas santri yang erat kaitannya dengan tradisi akademik bidang Penelitian.

Untuk banyak santri satu dua dekade kebelakang, mungkin Pengabdian Masyarakat adalah kegiatan sehari-hari karena relasi santri dan masyarakat saat itu sangatlah cair dan mutualisme. Santri saat ini dengan sistem dan aturan pesantren yang lebih terstruktur, biasanya pengmas dilakukan selepas santri lulus dari pendidikan pesantren. Meski tak semuanya, beberapa pesantren mewajibkan santri melakukan pengmas wajib selama 1 tahun pasca lulus.

Jika ditilik dari tradisi akademik kepesantrenannya, rasa-rasanya pesantren dan kampus tak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak dari apa yang dipelajari saja. Maka mahasiswa STIKes KHAS Kempek seharusnya bisa lebih cepat beradaptasi dalam pembelajaran kampus daripada mahasiswa-mahasiswa lainnya. Misal dalam pengajaran, pelajaran di kelas dengan metode ceramah, mahasiswa STIKes KHAS terbiasa dengan sistem ngaji bandongan. Presentasi makalah, santri terbiasa belajar public speaking melalui khitobah mingguan.

Penelitian, bahtsul masail adalah forum penelitian yang sudah menjadi makanan sehari-hari. Perbedaanya hanya terletak pada objek penelitiannya. Jika pada BM objeknya adalah kitab kuning, pada Farmasi dan Gizi objeknya adalah tumbuhan, manusia, lembaga, dsj. Artinya hanya perlu penyesuaian pendekatan saja. Pengabdian, orientasi santri sendiri sudah sejak awal ingin dicetak untuk tidak elitis dan membaur dengan masyarakat. Jika boleh berandai-andai, seharusnya alumnus STIKes KHAS kedepan lebih membumi dibandingkan dengan alumni PT lainnya.

Tulisan ini tentu bukan kajian yang komprehensif. Tapi setidaknya kita bisa paham bahwa santri bukan kaum yang jumud akan intelektualitas. Justru sehari-harinya santri sangat erat kaitannya dengan tradisi akademik yang membudaya. Pertanyaannya, apakah santri sebagai objek sistem pesantren benar-benar memiliki “citra tri dharma” itu atau tidak? Jika iya, tentu alhamdulillah, jika tidak, maka realisasi sistem pada pondok pesantren harus dilakukan monitoring dan evaluasi sehingga hambatannya dapat teridentifikasi. Karena menurut hemat saya, jika budaya akademik pesantren berjalan dengan baik, maka akan ada korelasi positif juga terhadap pembangunan budaya akademik di kampus. Maka, dapat dikatakan “Santri-Mahasiswa” STIKes KHAS Kempek punya Potensi yang dapat digali guna menciptakan budaya akademik yang nyaman di kampus STIKes KHAS tersayang, dan mengalahkan kampus-kampus lain yang telah lebih dahulu mapan secara akademik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top